PENGARUH UNICORN STARTUP TERHADAP EKONOMI SEMASA PANDEMI COVID-19 DI INDONESIA

VINI DWI SEPTIA
5 min readJun 20, 2021

--

Apa Itu Unicorn Startup?

Unicorn Startup merupakan gelar yang diberikan kepada startup atau perusahaan rintisan yang memiliki valuasi >US$ 1 Miliar hingga. Ekosistem dari unicorn startup masih terbilang langka dan sangat sulit untuk mencapai tingkatan ini.

Apa saja Unicorn Startup di Indonesia?

Di Indonesia sendiri sudah ada perusahaan startup yang dapat mencapai level unicorn dengan valuasi mencapai 10,47 triliun rupiah. Contoh unicorn startup di Indonesia yaitu;

1. Gojek

Gojek merupakan startup pertama yang berasal dari Indonesia dengan gelar unicorn. Gojek didirikan dengan prinsip menyelesaikan tantangan sehari-hari dengan teknologi. Sejak pertama kali rilis, aplikasi ini dengan cepat meraih jumlah pengguna yang begitu fantastis. Selain menyediakan sarana transportasi yang terkenal murah dan cepat, aplikasi ini berevolusi menjadi rangkaian lebih dari 20 layanan saat ini.

Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Indonesia pada tahun 2018 menunjukkan bahwa Gojek memberikan dampak ekonomi bagi Indonesia dengan kontribusi sekitar Rp 44,2 triliun (US$ 3 miliar) bagi perekonomian Indonesia pada akhir 2018. Selain itu, ekosistem Gojek mendukung pertumbuhan UMKM di Indonesia. Tercatat 93% mitra UMKM mengalami peningkatan volume transaksi dan 55% mitra mengalami peningkatan pendapatan.

2. Tokopedia

Startup platform e-commerce asal Indonesia ini mendapat gelar unicorn pada tahun 2017, dan di tahun yang sama Tokopedia mengumumkan perolehan pendanaan senilai total US$ 1,1 miliar. Pada tahun 2020, Tokopedia mengklaim telah menguasai 1,5% perekonomian Indonesia. Tercatat, tidak kurang dari 7,2 Juta UKM telah bergabung dengan jumlajh pengguna aktif bulanan mencapai 90 juta pengguna. Pertumbuhan penjual baru di Tokopedia juga tercatat meningkat 86,5% selama pandemi. Untuk dekade berikutnya, Tokopedia juga berkomitmen untuk fokus pada upaya mengembangkan ‘Super Ecosystem’ yang memungkinkan setiap orang dapat berkontribusi dan memberikan nilai tambah bagi satu sama lain serta tumbuh bersama. Hal ini diwujudkan dengan membangun jembatan terhadap banyak mitra, termasuk mitra logistik dan pembayaran, serta upaya membangun jaringan yang lebih kuat.

3. Traveloka

Traveloka yang didirikan pada tahun 2012 ini berpusat pada bidang pemesanan hotel, dan travel, perusahaan ini merupakan startup travel di Asia Tenggara yang menyandang gelar unicorn yang diraih sejak Juli 2017 setelah pendanaan yang memperkuat posisi Traveloka sebagai pemimpin pasar industri travel di Indonesia. Setahun terakhir sebelumnya Traveloka juga secara total sudah mendapatkan dana US$500 Juta. Kini, Traveloka tidak hanya dikenal sebagai unicorn di vertikal online travel, bisnis Traveloka saat ini juga sudah merambah ke gaya hidup dan finansial.

4. Bukalapak

Bukalapak didirikan pada tahun 2010, yang melayani lebih dari 6 juta Pelapak, 5 juta Mitra Bukalapak dan 90 juta pengguna aktif. Pada tahun 2017, Bukalapak resmi mendapat gelar unicorn. Seri pendanaan F pada Oktober 2019 lalu mencatatkan valuasi Bukalapak sebesar US$2,5 miliar. Melalui platform online dan offline-nya, Bukalapak memberikan kesempatan dan pilihan kepada semua orang untuk meraih hidup yang lebih baik. Lebih dalam, perusahaan teknologi Indonesia ini memiliki misi menciptakan perekonomian yang adil untuk semua.

5. OVO

OVO menjadi unicorn Indonesia dengan valuasi sebesar US$ 2,9 Miliar atau lebih tinggi dari Bukalapak dan Traveloka. Aplikasi pembayaran ini kini tengan menjadi fintech terbesar di Indonesia setelah sebelumnya pada tahun 2018 mengklaim telah menjalankan lebih dari 1 miliar transaksi.

6. JD.ID

JD.ID pertama kali beroperasi di Indonesia pada November 2015, JD.ID kini memiliki 12 kategori pilihan produk mulai dari kategori pilihan ibu dan anak, smarthphones, perangkat elektronik, hingga luxury. Bisinis JD>ID berkembang dengan pesat di Indonesia dilihat dari jumlah produk yang ditawarkan mengalami pertumbuhan cepat dari >10.000 SKU pada tahun 2015 menjadi ±100.000 SKU pada akhir tahun 2016. Selain sebagai penyedia platform e-commerce, JD.ID juga menyediakan jasa pengiriman yang menjangkau 365 kota di seluruh Indonesia dengan ribuan armada yang siap mengantarkan langsung kepada para pelanggan JD.ID. Mereka meraih pendanaan sebesar US$1 miliar setelah mengikuti joint ventures dengan beberapa perusahaan berpendanaan besar. Ini menjadikan JD.ID sebagai e-commerce ketiga di Indonesia yang menyandang status unicorn.

Apa Dampak Startup Pada Pandemi COVID-19?

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengatakan beberapa startup terdampak pandemi Covid-19. Meski begitu, kementerian tetap menargetkan tiga startup dengan status unicorn atau yang memiliki nilai valuasi lebih dari 1 US$ miliar pada 2024.

Dirjen Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo Semuel Abrijani Pangerapan mengatakan, meskipun memberikan kesulitan, pandemi juga membawa peluang baru berkembangnya sektor digital. “Target unicorn tumbuh di Indonesia masih tetap tiga,” kata Samuel dalam acara Katadata Forum Virtual Series bertajuk Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Pelaku Ekonomi Digital pada Kamis (9/7).

Menurutnya, ada tiga sektor yang mempunyai peluang melahirkan unicorn baru. Pertama, sektor keuangan atau financial technology (fintech). Sebab, selama pandemi, baik fintech pembayaran baik fintech pinjaman banyak dibutuhkan masyarakat.

Bagaimana Kondisi Startup Hadapi Masa Pandemi COVID-19?

Berdasarkan data survei yang dilakukan Katadata Insight Center (KIC), pandemi Covid-19 banyak memukul perusahaan startup dari kondisi yang baik di 2019 menjadi kondisi tidak baik di 2020. “Ada migrasi dari titik hijau (baik) ke warna merah (tidak baik),” kata Direktur Riset KIC Mulya Amri.

Di akhir 2019 ada 74,8% startup yang mengatakan kondisinya baik, 21,6% biasa saja, sedangkan hanya 3,6% kondisinya tidak baik. Pada Mei 2020 kondisi berubah, startup yang kondisinya baik tinggal 33%, sedangkan yang biasa saja jadi 24,5%, dan yang tidak baik 42,5%.

Perubahan yang dirasakan startup di masa pandemi terjadi dalam beberapa bentuk, seperti jumlah pngunjung website atau pengunduh aplikasi yang menurun. Di akhir 2019, startup yang pengunjungnya kurang dari 1.000 hanya sekitar 30%, lalu di Mei 2020 naik menjadi sekitar 40%. Hal itu menunjukkan, semakin banyak startup yang jumlah pengunjungnya sedikit.

Jumlah transaksi pun berkurang. Startup yang per bulan jumlah transaksinya kurang dari 1.000 transaksi naik jadi 67% dari tahun lalu 56%. Semakin banyak juga startup yang mempunyai nilai transaksi kecil. Pada akhir tahun lalu, startup yang nilai transaksinya kurang dari 1 miliar per bulan ada 58,9%. Kemudian bertambah di Mei 2020 jadi 72%.

Dari segi jenis produk yang ditawarkan pun mengalami perubahan. “Semakin sedikit perusahaan yang menawarkan banyak produk. Dalam kondisi krisis kemampuan belanja berkurang, jadi startup menawarkan produk yang hanya dibutuhkan saja,” katanya.

Hasil survei juga menunjukan bahwa hampir 50% startup bisa bertahan dalam jangka waktu sampai setahun. “Startup kondisinya cukup beragam, ada yang bisa 50% startup bertahan sampai setahun,” ujarnya. Survei dilakukan pada 139 perusahaan startup dari awal Mei sampai Juni 2020.

Adakah Startup Unicorn Indonesia yang Untung & Rugi Dikarenakan pandemi COVID-19?

Salah satu startup unicorn yang mengalami penurunan adalah Gojek. Kebijakan social distancing dan darurat COVID-19 di Jakarta yang meminta karyawan hingga pelajar untuk melakukan aktivitas di rumah telah membuat bisnis ride-hailing atau transportasi online menurun. Pasalnya, tidak banyak lagi yang memesan layanan ini. Namun layanan pesan-antarnmakanan atau GoFood mengalami kenaikan karena banyak masyarakat yang memesan makanan karena tak bisa langsung mengunjung restoran atau tempat makan.

Chief Public Policy and Government Relations Gojek Group Shinto Nugroho mengatakan bahwa permintaan layanan lainnya seperti GoFood mendapat trafik yang stabil dan terjadi peningkatan kunjungan ke fitur GoMed.

“Overall karena social distancing dan WFH (Work From Home) pengguna transport menurun. tetapi lebih stabil untuk food. kemudian untuk send juga stabil. play stabil dan yang lonjakan tertinggi. overall penurunan transport paling besar,” kata Shinto, pekan lalu.

Bisnis e-commerce seperti Bukalapak dan Tokopedia mendapatkan berkah dari wabah corona. Banyak pusat perbelanjaan yang tutup karena imbauan pemerintah daerah telah membuat pengguna beralih ke belanja online.

Paling Nahas, aplikasi online travel agency seperti Traveloka. Startup berancam terpukul bisnis karena tidak banyaknya orang bepergian selama wabah corona.

--

--

VINI DWI SEPTIA
VINI DWI SEPTIA

No responses yet